Hakekat Manusia dan Keutamaan Wanita


Tuhan yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an, Dia menciptakan manusia, Mengajarkannya pandai berbicara. (QS. Ar-Rahman: 1-4)

Makna “manusia” dalam ayat diatas tidaklah terbatas pada jenis dan golongan manusia tertentu, namun mencangkup seluruh jenis manusia, baik pria maupun wanita. Tuhan yang Maha Pemurah adalah guru dengan sifat kasih-Nya yang mendahului, dan manusia sebagai muridnya, empat criteria dan tingkatan dari ayat diatas dimana manusia terdidik dalam ‘sekolah rahmat’ tersebut, maka dia akan menjadi manusia. Setelah menjadi manusia, maka perkataannya akan menjadi jelas dan dapat dijadikan sebagai penjelas. Oleh karena itu keempat kreteria diatas adalah urutan yang tepat dan saling memiliki ketergantungan.
Al-Qur’an hadir sebagai Kitab Suci untuk mensucikan rohaniah manusia. Jikalau Al-Qur’an diturunkan untuk penyempurnaan Roh manusia maka tepatlah bahwa tak ada batasan antara pria dan wanita dalam pencapaiaan kesucian rohaniah manusia.
Hal yang eksistensial pada diri manusia adalah roh. Pada ayat diatas ditegaskan sebuah bahasa pengajaran dan pendidikan kepada roh, pengajaran serta pendidikan ini sama sekali tidak terbatasi oleh pria dan wanita karena keduanya memiliki predikat yang sama, tak ada roh wanita dan tak ada roh pria. Pertama, pria dan wanita hanya berkaitan dengan tubuh, bukan berkaitan dengan Roh, Kedua, Pengajaran, pendidikan, bimbingan dan kesucian adalah berkaitan dengan nafs (jiwa), Ketiga, nafs (Jiwa) bukan jasad dan jasad bukan nafs. Dalam Al-Qur’an bahwa Roh yang menjadi dasar bukan Raga, dan Roh bukan pria dan wanita.



Hakikat Manusia Bukan Pria Bukan pula Wanita
Pemisahan antara yang memiliki makna nilai dan lawannya dicontohkan didalam Al-Qur’an, Al-Qur’an yang mengibaratkan Ilmu sebagai sebuah nilai dan kebodohan adalah lawan dari nilai, Iman sebagai nilai dan kufur adalah lawannya, kehinaan dan kemulyaan, kebahagiaan dengan kesengsaraan dan lain sebagainya. Kejujuran, kebaikan, kebodohan, keberdasan, seorang pembohong dsb adalah sifat yang telah menjelaskan bahwa selamanya sifat tersebut tidak memiliki jasad. Dengan demikian bahwa yang memiliki nilai pada dasarnya adalah Roh bukan pria maupun wanita. Tolak ukur yang mengidentifikasi subyek-subyek penyandang nilai dan yang menentukan norma nilai, membuktikan bahwa subjek dan predikat terlepas dari masalah gender (antara pria dan wanita).
Ketika Islam menggambarkan bahwa pria dan wanita tidak berbeda dari segi nilai, maka penciptaan manusia ketika Allah SWT berbicara tentang Roh, Dia mengatakan, bahwa secara materi, maka dijadikanlah makhluk, Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain . Ia dijadikan makhluk yang lain setelah sempurna menjadi janin, baik itu pria maupun wanita. Disinilah baru pembicaraan pria dan wanita.

Tidak ada Gender dalam kalam Ilahi
Pembahasan akan nilai manusia tidaklah berpredikat pada maskulinisme ataupun femenisme. Kandungan Al-Qur’an menyatakan bahwa rahasia kesempurnaan manusia berada dibalik pengetahuan tentang Ideologi ketuhanan atau bahwa alam ini dimulai dengan nama-nama Allah SWT yang baik atau asma’ al-husna dan diakhiri dengan al-maad yaitu kiamat, neraka surga dan seterusnya. Diantara permulaan dan penghujung tersebut ada shiratul-Mustaqim.
Segala sesuatu (selain Allah SWT) pastilah bermula dan berakhir. Oleh karena itu pokok ajaran Islam adalah pengetahuan akan tiga hal : asal-usul penciptaan, Hari akhirat dan kenabian. Imam Ali bin Abi Thalib kw “Allah SWT akan memberi belas kasih kepada seseorang yang mengetahui dari mana dirinya berasal, dia di mana sekarang dan akan ke mana dia kelak ?”. pengetahuan ini tidaklah dibatasi kepada pria atau wanita saja, namun pengetahuan ini adalah mutlak bagi setiap manusia.
Allah SWT menyampaikan didalam Al-Qur'an tentang “manusia” bukan berarti lawan dari kata wanita atau pria, Al-Qur'an selalu menyebutkan secara umum. Dalam hal ini masalah keniscayaan akhirat dan pertanggung jawaban apa yang kita lakukan Al-Qur'an menyebutkannya bahwa setiap jiwa (nafs) bertanggung jawab atas seluruh amal perbuatannya. Disebutkannya pula bahwa setiap manisia (insan) akan menerima balasan di akhirat nanti.
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (QS. An-najm : 39-41)
Intinya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Ilmu dan amal yang disebutkan oleh ayat-ayat Al-Qur'an tidaklah menunjukkan jenis kelamin.

Comments

Popular Posts