Perhatian Al-Qur'an terhadap Wanita


Al-Qur'an mengelompokkan kekuatan yang terdapat dalam diri manusi menjadi tiga jenis bagian, yaitu daya tarik, daya tolak dan daya pikir. Adapun perangkat akal dan kebodohan yang seluruhnya merupakan kekuatan roh jumlah seluruhnya ada seratus lima puluh perangkat (jumlah tersebut merupakan sebagai contoh dan penggambaran, bukan sebagai penentuan). Tujuh puluh lima jumlah perangkat akal dan tujuh puluh lima jumlah perangkat kebodohan. Sebagian yang lain berkaitan dengan daya tarik, atau yang biasa disebut dengan kekuatan syahwat. Adapun sebagian yang lainnya berkaitan dengan daya tolak, yang dikenal dengan kekuatan amarah. Setiap yang kita rasakan dalam diri kita tidak terlepas dari ketiga kekuatan tersebut yang menjadi pondasi dasar manusia, ketiga pondasi tersebut adalah merupakan kebijakan manusia dapat mengendalikan kekuatan tersebut dan memfungsikannya secara proposional.
Kita mengetahui bahwa keutamaan dan kemuliaan manusia telah dijelaskan didalam Al-Qur'an secara rinci. Seperti dalam Kalam Ilahi Kemudian Adam menerima kalimat dari Tuhannya (QS. al-Baqarah : 37). Diriwayatkan bahwa kata kalimat pada ayat tersebut adalah cahaya orang-orang yang disucikan oleh Allah SWT. Kata kalimat ini juga dimaksudkan pada ayat ini adalah beberapa maqam ilmu yang diperoleh Adam as, yang menjadi sebab kesusesannya. Kata kalimat pada ayat tersebut adalah nama-nama Tuhan (al-Asma’ al-Ilahiyah), dan perwujudan yang paling nyata dari nama Tuhan tersebut adalah manusia yang sempurna.

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS al-Ahzab : 33)
Saat menerangkan tentang daya tarik dan memperkenalkan sifat ‘afaf (menjauhkan diri dari hal yang buruk) Al-Qur'an memberikan contoh kesucian pria dan wanita.
Hal ini dapat kita lihat pada Al-Qur'an dimana Doa Ibu maryam (QS. Ali Imran : 35-37) yang dikabulkan doanya oleh Allah SWT dengan memasrah totalkan dirinya kepada Allh SWT, Ibunda Musa as, Saudarinya, dan Isteri Fir’aun ketiga wanita tersebut menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk mematangkan dan mendidik Musa as, sehingga selamat dari kezaliman Fir’aun. Ini jelas di beritakan dalam Al-Qur'an pada (al-Qashash : 7,9,11).
Manusia salih adalah teladan bagi seluruh manusia. Seorang pria teladan adalah contoh bagi seluruh manusia bukan hanya untuk pria saja. Begitu pula wanita teladan adalah contoh yang harus diikuti seluruh manusia, bukan hanya untuk wanita saja.
Wanita dalam Irfan
Adam as adalah khalifah , utusan Allah SWT dimuka bumi. Telah kita ketahui bahwa Adam mendapatkan kalimat yang mengangkat derajatnya dan menyempurnakan kemanusiaannya. Hadirnya khalifah dimuka bumi adalah representasi dai Wujud Allah yang tidak pernah mengalami ketidakhadiran.
Manusia sempurna adalah tanda kebesaran Allah SWT. dia adalah manifestasi dari sifat-Nya, Yang Zhahir pada sekian banyak fenomena alam di dunia ini serta manifestasi dari sifat-Nya Yang Batin di alam roh. Keberadaannya hadir bersama roh dan jasad.
Berkenan dengan hal ini Imam Ali kw berkata “Ya, Allah, Engkau teman dalam perjalanan dan Engkaulah khalifah dalam keluarga, tidak ada yang dapat mempersatukan keduanya selain Engkau, karena yang menemani, tidak akan dapat dijadikan khalifah, dan yang dijadikan khalifah tidak akan dapat menemani” demikianlah kedekatan seorang hamba kepada Allah, maka ia akan menjadi tanda-tanda kebesaran Allah.
Pertanyaan yang lain berkaitan dengan masalah ini adalah, jika menusia adalah khalifah Allah dan kemanusiaan terlepas dari masalah jenis kelamin pria dan wanita, namun mengapa yang sampai pada tingkatan tersebut kebanyakkan adalah pria ?, sementara wanita yang sampai pada tingkatan itu hanya empat orang saja ?. jawaban atas ini adalah :
Pertama, banyak wanita yang telah sampai pada tingkatan tersebut namun prestasi mereka tidak direkam oleh sejarah
Kedua, penyebutan empat wanita diatas tidak menunjukkan adanya pembatasan bagi yang lainnya.
Ketiga, jika sebuah masyarakat memiliki kematangan niscaya seluruh anggotanya dari kedua kelompok pria dan wanita akan berupaya menciptakan sebab-sebab kemajuan dan kejayaan mereka. Ataupun sebaliknya.
Ikatan jasad dan roh serta Kesempurnaan wanita
Permasalahan yang lain ialah, dikatakan otak wanita jauh lebih kecil ketimbang otak pria. Atas dasar daya pikir kaum pria jauh lebih kuat ketimbang wanita, kelemahan pada diri wanita mengakibatkan kelemahan pada daya pikirnya.
Penjelasan tersebut pada awalnya memang terlihat sempurna. Namun setelah mengkajinya lebih teliti, bahwa sekalipun pada diri manusia terdapat jasad dan roh, namun jasadlah yang dikontrol oleh roh, jasadlah yang terikat dengan roh. Jasad tak dapat membangun roh, tapi sebaliknya rohlah yang membangun jasad. Semakin kuatnya roh seseorang akan melahirkan alat yang kuat pula.
Menurut para pakar sastra dan irfan, jasad adalah ibarat sebuah kolam yang berada di tengah sungai yang mengalir; apabila di hadapan rumah seseorang ada sebuah sungai yang mengalir, kemudian pemilik rumah itu membuat sebuah kolam di tengah-tengah sungai tersebut, lalu dia mengalirkan air sungai itu dari sebuah lubang yang lainnya, maka kolam tersebut pasti akan selalu penuh dengan air. Namun pemilik rumah yang berpikir sederhana akan menganggap bahwa air yang mengalir disungai itu adalah air yang telah ada di dalam kolam tersebut selama beberapa hari atau beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun yang lalu, dan dia beranggapan bahwa air yang ada di kolam itu setiap saat akan selalu berubah.
Ibarat kita sementara melihat gambaran bulan serta wajah kita di air sungai yang mengalir lantas kita mengira bahwa gambaran di air sungai yang mengalir tersebut tidak berubah, pada dasarnya gambaran itu berubah namun karena perubahan tersebut begitu bertahap dan demikian lembut. Demikian dengan anggota tubuh kita, sebenarnya setiap saat dia berubah.
Kekuatan manusia bukan hanya berasal dari jasadnya, seperti pada kisah Roh manusia dan peristiwa khaibar. Ash-Shaduq dalam Amali-nya, demikian pula ath-Thusi, juga para ulama hadis dan hikmah, meriwayatkan bahwa setelah imam Ali bin Abi Thalib as mengangkat pintu benteng Khaibar dan melemparkannya hingga jauh, dia berkata, “Aku mencabut pintu khaibar dan melemparkannya ke belakang punggungku hingga sejauh empat puluh hasta bukan karena kekuatan fisik atau gerakan karena pengaruh makanan, namun diriku telah dikuatkan dengankekuatan malakut dan dengan kekuatan jiwa yang diterangi oleh cahaya Tuhan yang bersinar.”
Kesempurnaan seseorang tidak harus dikaitkan dengan kemampuan teoritik. Aktivitas manusia terbagi menjadi dua macam; aktivitas berat yang diperuntukkan kaum pria, dan kedua adalah aktivitas yang lembut untuk kaum wanita. Demikian pula halnya dengan nama-nama-Nya yang agung dan nama-nama-Nya yang lembut.
Manusia memperoleh kesempurnaan dari dua jalan, sebagian mendapatkan kesempurnaan dari berperang , dan sebagian yang lainnya mendapatkan kesempurnaan dari cinta, belas kasih, perasaan dan dengan keindahan dan sifat lemah lembut Allah SWT. Seorang pria memiliki daya nalar dan daya pikir yang kuat serta ketangguhan fisik, namun tak dapat dijadikan ukuran kekuatan pria dalam hal cinta, kelembutan hati, serta ketulusan. Dan terkadang potensi kelemah lembutan lebih menonjolkan kesan prestasi ketimbang kekuatan fisik.
Seorang perempuan akan jauh lebih memahami lantunan doa-doa yang bermakna arif dan cinta yang biasanya didapatkan dalam munajat dan doa Imam Zainal Abidin ini di karenakan potensi yang berada pada diri wanita adalah manifestasi kelembutan yang berasal dari sifat jamaliah Allah, lain halnya dengan pria ia akan lebih mudah memahami lantunan doa yang bersifat kekuatan perang, dan perlindungan.
Pelajaran cinta yang lebih banyak diperoleh wanita mengajarkan tentang manfaat bagi orang-orang yang hatinya keras dan yang selalu menunjukkan sikap keras. Jika orang dapat menjadikan hatinya semakin lembut, maka perlajaran cinta akan lebih berpengaruh baginya, manusia yang tidak mudah menangis, peluangnya sedikit dalam memperoleh pelajaran cinta. Sebaliknya, orang yang mudah mengis tentu hatinya lebih lembut. Jika ia dapat memisahkan antara emosi ‘hewani’ dari cinta manusiawi, dan masik pada wilayah cinta. Serta mampu mengusir kelemahan pada jiwanya dengan menjadikan kasih saying sebagai cirri utamanya, maka pada saat itu terbukalah kesempatan baginya untuk megejawantahkan nama-nama Tuhan sebagai manifestasi kelembutan yang Allah miliki.

Comments

Popular Posts