Membentuk Kecerdasan dalam Pengembangan Diri


Mindset; Pembentuk Diri

Kita mengetahui bahwa aktifitas keseharian kita melibatkan banyak orang. Apakah itu berinteraksi, menyaksikan hal yang baru, melihat orang bertengkar, membunuh, dsb. Jikalau kita melibatkan diri pada aspek social kita tidak dapat menarik diri untuk tidak terlibat dan tidak menjalin interaksi kepada orang. Di tengah komunitas, ataupun ditengah masyarakat, keterlibatan kita terkadang memberikan dampak buruk kepada segelintir orang, atau bahkan kita dapat menjadi tolak ukur yang baik dalam segala hal, entah itu dari aspek kinerja kita, prilaku yang baik, serta santun kepada setiap orang. Hal demikian sangat mungkin terjadi pada diri kita. Penilaian tersebut dapat saja berangkat dari luar ataupun berangkat dari diri kita.
Kita tidak dapat mengetahui dikala kita berada pada sebuah komunitas, organisasi, maupun dimasyarakat kita dapat menjadi seseorang yang dapat memberikan sumbangsi berarti, ataukah kita akan menjadi semak belukar yang baru dalam pendewasaan sebuah komunita atau ditengah masyarakat. Hadirnya diri kita ditengah masyarakat memberikan kita tanggung jawab lebih.


Membangun dan membentuk kecerdasan guna meningkatkan kemampuan diri adalah salah satu tanggung jawab dikala kita berada ditengah suatu komunitas dan masyarakat. Pengetahuan tentang kitalah yang dapat membangun dan meningkatkan kecerdasan untuk merubah aspek kehidupan kita telah disampaikan disetiap ajaran agama, (QS Al-Ra’d 13:11) “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”; atau dalam injil ditandaskan, “Berubahlah oleh pembaharuan budimu. Dalam buku yang ditulis oleh dr. H. Taufiq Pasiak, M. Pd, M. Kes. Bahwa ada empat asumsi utama yang dapat membangun kecerdasan berfikir atau yang beliau sebut sebagai Whole Brain Thinkin (WBT) – yang bekerja dalam tiga tingkat : self assessment (diagnosis diri), intervention (perlakuan dan terapi), dan Evaluation (penilaian). Membangun WBT berangkat dari empat asumsi utama :
1. Perubahan paling substansial adalah perubahan pada diri sendiri,
2. Manusia dibangun oleh empat komponen utama (tubh, akal, nafsu, dan ruh) yang disebut sebagai kapasitas mental,
3. Otak manusia bekerja sebagai sebuah sirkuti canggih untuk mendukung bekerjanya kapasitas mental,
4. Perubahan yang harus lebih dahulu dilakukan adalah perubahan pada mindet, pada cara seseorang memandang dunia dan peristiwa.
5. Setiap orang memiliki keunggulan. Jauh lebih penting mengoptimalkan keunggulan daripada menutupi kelemahan.
Pada aspek yang ke-4 dititik beratkan kepada mindset, cara berfikir seseorang. Mengubah cara berfikir adalah kegiatan yang paling sulit, namun memberikan efek yang spektakuler. Sebut saja Nabi Orang Muslim yang mengubah mindset orang mekkah yang politeisme menjadi monoteisme, Yesus Kristus yang mengubah hukum besi menjadi hukum kasih, Martin Luther mengubah rasialisme menjadi egalitarianism, Karl Marx mengubah cara pandang terhadap materi dan alat-alat produksi, para Feminis mengubah cara pandang terhadap perempuan. Menyentuh aspek emosi kurang efektif karena hanya bersifat sementara dan hanya menyentak dikala kita berada ditempat yang atmosfirnya penuh dengan sentuhan emotional.

To Be Continue...

Comments

Popular Posts